Bangkit Saat Pandemi, Pondok Pesantren Putri Fathimah Al-Amin Rintis Pesantren Progresif Berbasis Spiritual
Komentar

Bangkit Saat Pandemi, Pondok Pesantren Putri Fathimah Al-Amin Rintis Pesantren Progresif Berbasis Spiritual

Komentar

Terkini.id, Semarang – Wabah pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat Pondok Pesantren Putri Fathimah Al-Amin untuk bangkit dan tetap merintis pesantren progresif berbasis spiritual.

Tujuannya tak lain untuk mewujudkan generasi muda Islami berkarakter Wasathiyah dan memiliki life skill.

Hal ini diungkapkan oleh pendiri sekaligus pemilik Pondok Pesantren Putri Fathimah Al-Amin, Prof. Amin Syukur yang juga salah seorang guru besar Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, dalam sebuah kegiatan rapat koordinasi pembentukan tim penggalangan dana dari para donatur di Jawa Tengah.

Dalam kesempatan itu Prof. Amin mengungkapkan alasan mendasar dirinya tetap bersemangat mewujudkan pembangunan pondok pesantren tersebut, meskipun ditengah situasi pandemi yang banyak berdampak pada situasi perekonomian saat ini.

“Di usia saya yang sudah 67 tahun ini, saya tetap memiliki keyakinan dan semangat khususnya dalam bidang pendidikan, terlebih bagi kaum perempuan untuk memiliki masa depan yang lebih baik,” ungkap Prof. Amin.

Sesuai dengan visinya lanjut Prof. Amin, Fathimah Al-Amin ini merupakan pondok pesantren progresif.

Bangkit Saat Pandemi, Pondok Pesantren Putri Fathimah Al-Amin Rintis Pesantren Progresif Berbasis Spiritual
Ketua Yayasan Muhammad Amin Syukur, sedang menjelaskan perkembangan pembangunan gedung pondok, 9 Mei 2020. (FOTO: Dzap)

“Visinya itu mewujudkan generasi muda Islami yang berkarakter Wasathiyah dan memiliki keterampilan dalam kehidupan ini. Sementara kenapa dijuluki pesantren progresif karena saya menginginkan ada kemajuan yang berarti bagi para santri baik itu dari ilmu agama maupun ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Dan untuk nama Fathimah Al-Amin, diambilnya dari nama Fathimah almarhum istri dan Al-Amin merupakan julukan baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Ketika ditanya, kenapa kaum perempuan yang menjadi pilihan sebagai calon santri, dirinya menjawab hal tersebut didasari pengalamannya menjadi pengajar di UIN Walisongo Semarang.

“Pengalaman saya selama puluhan tahun mengajar jadi dosen di Walisongo, kalau rata-rata per kelas ada 40 siswa, itu 30 siswanya mesti perempuan. Dan kebanyakan berasal dari luar kota Semarang, sehingga perlu ada wadah sebuah pondok pesantren untuk memberikan mereka tambahan ilmu,” pungkas Prof. Amin.

Prof. Amin menambahkan, biasanya kebanyakan orang tua akan lebih mantap jika anaknya dimasukan ke pondok pesantren ketimbang di asrama.

Sementara itu pembangunan tower 1, Pondok Pesantren Putri Fathimah Al-Amin telah berjalan sekitar 80 persen dari tahapan pembangunan.

Dan beberapa bulan kedepan bangunan pondok telah siap digunakan.

“Ini progres tower 1 sekitar 80 persen, tinggal pengecatan, pemasangan lampu dan pemasangan alat-alat pendukung lainnya,” ungkap Bagus selaku Ketua Yayasan Muhammad Amin Syukur.

Rencananya bangunan pondok pesantren yang berlokasi di kelurahan Purwoyoso kecamatan Ngaliyan kota Semarang ini, akan mampu menampung hampir seratus orang santri perempuan.